Pondok Pesantren Budi Mulia Yogyakarta

Kumpulan Video Kajian Perjuangan Dakwah K.H. A.R. Fachruddin

VIDEO KAJIAN PERJUANGAN DAKWAH K.H. A.R. FACHRUDDIN:

SERI KAJIAN KAPITA SELEKTA DAKWAH
LABORATORIUM DAKWAH

Perjuangan Dakwah K.H. A.R. Fachruddin (1916-1995)
“Kesederhanaan yang Menyejukkan”

Oleh Ustadz Lukman Hakiem

Pak AR, demikian nama panggilan akrab Kiai Haji Abdur Rozak Fachruddin,boleh disebut kader asli Muhammadiyah. Pak A.R. bukan saja mengenyam seluruh pendidikannya di sekolah Muhammadiyah, tetapi juga mencurahkan hampir seluruh pengabdiannya di Muhammadiyah.

Meskipun memegang rekor paling lama memimpin Muhammadiyah (1968-1990), Pak A.R. tetaplah Pak A.R. yang bersahaja, menyejukkan,dan penuh welas asih. Meskipun demikian, jika diperlukan, Pak A.R. dapat menyampaikan pendapatnya secara tegas.

PADA tahun 1935, Pak A.R. dikirim oleh Hoofdbestuur Muhammadiyah ke Talangbalai (sekarang Ogan Komering Ilir) untuk mengembangkan gerakan dakwah Muham­madiyah. Di sana, ia mendirikan Sekolah Wustha Muallimin Muhammadiyah, setingkat SMP. Pada tahun 1938, ia juga mengembangkan hal yang sama di Ulak Paceh, Sekayu, Musi Ilir (sekarang Kabu­paten Musi Banyu Asin). Pada tahun 1941, ia pindah ke Sungai Batang, Sungai Gerong, Palembang sebagai pengajar Hollandcse Inlanders School (HIS) Muhammadiyah.

Pak A.R. menjadi anak panah Muhammadiyah sampai Jepang datang dan menutup sekolah tempatnya mengajar. Kembali ke Yogyakarta pada 1944, Pak A.R. terus aktif berdakwah.

Pada tahun 1950 pindah ke Kauman Yogyakarta, Pak A.R. tetap aktif sambil terus belajar kepada para assabiqunal awwalun Muhammadiyah, seperti K.H. Syudjak, KHA. Badawi, KRH. Hadjid, K.H. Muchtar, Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Djohar, K.H. Muslim, K.H. Hanad, K.H. Bakir Saleh, K.H Basyir Mahfudz, Ibu Hj. Badilah Zuber dan sebagainya.

Keterlibatan Pak A.R. dalam berbagai kegiatan Muhammadiyah, mengantarkannya menjadi pemimpin Muhammadiyah sejak tingkat daerah hingga akhirnya ditunjuk menjadi Ketua PP Muhammadiyah menggantikan K.H.M. Faqih Usman yang wafat pada 1968. Sejak saat itu, hingga 1990, Pak A.R. terus didaulat memimpin Muhammadiyah.
Pak AR menjadi pemimpin setelah melalui proses yang amat panjang.

RIWAYAT Pak AR memberi pelajaran bahwa seorang pemimpin harus menghayati kehidupan umat secara riil. Bagaimana derita dan nestapa ummat di tingkat bawah yang jauh dari fasilitas. Susah payah, kesulitan, dan suka duka seorang pemimpin yang bekerja di tingkat bawah, memberi pengalaman berharga yang menyebabkan Pak A.R. tampil menjadi seorang pemimpin yang tenang, arif, dan tidak grasa-grusu dalam mengambil kebijakan.

Sebagai orang yang hidup di akar rumput, Pak AR memahami masalah yang dihadapi umat, termasuk di dalam menghadapi misi agama lain.
Maka jetika Paus Johanes Paulus II berkunjung ke Indonesia, Pak A.R. menulis surat terbuka dalam bahasa Jawa berjudul Sugeng Rawuh lan Sugeng Kundhur Paus Johannes Paulus II.

Melalui surat itu, Pak AR mengeritik cara-cara penyebaran agama Katolik yang dilakukan dengan memanfaatkan kemiskinan sebagian umat Islam. Mereka diberi uang, dicukupi kebutuhannya, dibangunkan rumah-rumah sederhana, dipinjami uang untuk modal dagang, tetapi dengan ajakan agar menjadi umat kristen. Umat Islam dibujuk dan dirayu untuk pindah agama.

Kepada Paus,Pak AR mengingatkan bahwa agama harus disebarluaskan dengan cara-cara yang perwira dan sportif.

Surat terbuka Pak A.R. ditanggapi antara lain oleh Romo Mangunwijaya di majalah Hidup. Akan, tetapi,Pak A.R. tidak pernah menjawab tulisan Romo Mangun. Pak A.R.tidak mau berolemik. Dia hanya menyampaikan kenyataan.

Selain dikenal sebagai seorang mubaligh yang sejuk, ia juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Karya tulisnya banyak dibukukan untuk dijadikan pedoman. Di antara karya-karyanya ialah Naskah Kesyukuran, Naskah Enthengan, Serat Kawruh Islam Kawedar, Upaya Mewujudkan Muhammadiyah sebagai Gerakan Amal, Tanya Jawab Entheng-enthengan, Sekaten dan Tuntunan Sholat Basa Jawi, Pilihlah Pimpinan Muhammadiyah yang Tepat, dan Sarono Entheng-enthengan Pancasila.

Leave a Reply

Scroll to Top