Pondok Pesantren Budi Mulia Yogyakarta

Makna dan Karakteristik Iman dalam Islam

Pengertian iman, etimologis dan terminologis

Secara etimologis, iman berarti membenarkan dengan hati. Adapun secara istilah syar’iy, Al-Imam Ibnu Taymiyah, dalam kitabnya Al-Iman, menukil beberapa definisi “iman” yang dipahami oleh generasi Salaf. Diantaranya sebagai berikut;“ونية  الإيمان قول وعمل”(iman ialah perkataan, perbuatan dan niat). Penyebutan kata ‘niat’ secara eksplisit bermaksud untuk menjelaskan bahwa tidak semua perbuatan selalu dipahami sebagai “niat”. Sebagian yang lain berpendapat “وعمل ونية واتباع السنة الإيمان قول”  (iman ialah perkataan, perbuatan, niat dan mengikuti sunnah). Di sini secara tegas disebutkan “ Ada pula yang mengatakan “قول باللسان واعتقاد بالقلب وعمل بالجوارح” (iman ialah perkataan dengan lisan, keyakinan dengan hati dan perbuatan dengan organ tubuh). Agar lebih jelas, ada baiknya kita nukil jawaban Sahl Ibnu Abdillah Al-Tastury, ketika beliau ditanya tentang iman. Beliau menjawab demikian :

“قَوْلٌ وَعَمَلٌ وَنِيَّـةٌ وَسُنَّـةٌ، اْلإِيْمَانُ إِذَا كَانَ قَوْلاً بِلاَ عَمَلٍ فَهُوَ كُفْـرٌ، وَإِذَا كَانَ قَوْلاً وَعَمَلا ًبِلاَ نِيَّـةٍ فَهُوَ نِفَاقٌ، وَإِذَا كَانَ قَوْلاً وَعَمَلاً بِلا َسُنَّـةٍ فَهُوَ بِدْعَـةٌ”[1]

            (Iman ialah perkataan, perbuatan, niat dan sunnah. Iman, jika hanya perkataan tanpa perbuatan maka itu kekufuran; jika hanya perkataan dan perbuatan tanpa disertai dengan niat maka itu kemunafikan; jika hanya perkataan dan perbuatan tanpa mengikuti sunnah maka itu adalah bid’ah)

Al-Imam Syafi’i rahimahullah meriwayatkan ijma’ para sahabat, tabi’in dan mereka yang sezaman dengan beliau tentang pengertian iman sebagai berikut :

تَصْدِيْقٌ بِاْلقَلْبِ, وَإِقْـرَارٌ بِالِّلسَانِ, وَعَمَلٌ بِاْلأَرْكَانِ[2]

Maksudnya “membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan organ tubuh”. ‘Tashdiqun bi al-qalbi’ yaitu meyakini dan menerima segala apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. ‘Iqrar bi al-lisan’, mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat). ‘Amalun bi al-arkan’berarti hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, dan organ tubuh yang lainnya mengamalkan dalam bentuk ibadah praktis individu dan social, sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Pemaknaan iman terbaca di atas sama sekali berbeda dengan kaum Murjiah yang menyatakan iman hanyalah keyakinan atau perbuatan hati semata, tanpa aktualisasi kongkret.[3] Mereka populer dengan doktrin ”لاتضر مع الإيمان معصية كما لا تنفع مع الكفر طاعة[4](derajat keimanan tidak akan berkurang karena laku maksiat, sebagaimana ketaatan kepada Allah SWT tidak akan mempengaruhi kekufuran).Kaum Murji’ah dengan varian yang lain, Al-Karamiyah, menyatakan iman ialah pernyataan lisan semata. Yang lain, versiMurjiah Fuqaha’, menyatakan, iman cukup dengan keyakinan hati dan pernyataan verbal. Ketiga rumusan Murji’ah tersebut bermuara pada satu kesimpulan, mereka tidak memerlukan amal sebagai aktualisasi kongkret keimanan yang bersemayam di hati manusia.

Lanjut Membaca Selengkapnya ->> (Klik Disini)

Leave a Reply

Scroll to Top